Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Kekuasaan Dianggap Jadi Milik

 Ketika Kekuasaan Dianggap Jadi Milik, Demokrasi yang baik akan menjadi perhiasan, seperti investasi emas, intan, berlian, perhiasan (gold, diamonds, jewelry) untuk masa depan bangsa.
Siapa yang tak senang jika mendapatkan kekuasaan. Seandainya suatu hari Anda diangkat untuk menduduki jabatan penting di perusahaan atau di lembaga yang Anda tempati bekerja, apa yang Anda akan lakukan? Atau jika suatu hari Anda ditelepon oleh Presiden untuk menduduki salah satu jabatan menteri dalam kabinetnya, apa yang Anda katakan? Atau bahkan ketika Anda sendiri yang mendapatkan kepercayaan dari rakyat untuk menjadi Presiden di republik ini, apa yang Anda pikirkan dan bayangkan tentang kekuasaan yang baru saja berada dalam genggaman?

Seperti yang selama ini kita saksikan, tatkala kekuasaan diberikan ataupun di dapatkan oleh seseorang, kebanyakan dari mereka langsung mengucapkan rasa syukur. Ada yang juga melakukan sujud syukur, dan mengadakan pesta dalam berbagai bentuk dan jenis pesta untuk mensyukuri apa yang telah diperolehnya. Terlebih jika kekuasaan yang kita dapatkan, sama sekali belum pernah kita miliki selama ini.

Itulah pemandangan yang biasa kita saksikan terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Sungguh sangat jarang orang yang diberi kekuasaan akan menolak kekuasaan tersebut. Mungkin begitu banyak yang telah dipikirkan dan dibayangkan oelh orang yang baru menerima kekuasaan. Terlebih akan diserahi dan diberi amanat untuk memimpin sekian banyak orang. 

Kekuasaan memang nikmat. Bahkan teramat nikmat apabila kita belum pernah mendapatkan sebelumnya. Teramat banyak hal yang bisa didapatkan ketika kita menjalankan kekuasaan. Tentu fasilitas yang diberikan akan makin bertambah, seiring dengan semakin tingginya tingkat kekuasaan yang kita dapatkan. Belum lagi kekuasaan akan memberikan kesenangan karena dapat memimpin orang banyak, dihormati para bawahan, menjadikan kita dikenal oleh banyak orang dan berbagai kenikmatan lainnya.

Mungkin inilah yang membuat para cerdik pandai sering mengatakan bahwa kekuasaan itu cenderung korup. Bahkan sangat mungkin kekuasaan itu punya bawaan kejahatan. Sebab sebagian besar orang yang mendapatkan kekuasaan akan lebih cenderung menjadi lebih jelek. Orang yang dulunya sangat jujur, tatkala mendapatkan kekuasaan sangat mungkin ia berubah sedikit demi sedikit atau sangat tragis jika berubah dengan cepat menjadi pembohong. Ya, mungkin untuk menutupi berbagai kekeliruan atau bahkan kesalahan yang telah diperbuatnya.

Kekuasaan juga sering membuat orang menjadi sombong. Orang yang dulunya sangat dekat dengan orang-orang di sekitarnya, setelah berkuasa orang tersebut mulai menjaga jarak dengan orang-orang sekitarnya. Ya, mungkin saja ia takut dimintai sesuatu. Keramahannya yang dulu terhadap semua orang seolah begitu saja lenyap dalam dirinya.

Gila hormat juga merupakan salah satu penyakit orang yang memiliki kekuasaan, apalagi kekuasaan yang baru pertama kali dipegangnya. Dimana-mana orang itu selalu ingin dihormati.. Di berbagai acara, ia selalu ingin duduk di depan atau ditempat khusus, nyaman, dan mendapatkan fasilitas yang baik dan dilayani dengan penuh hormat.

Berbagai penyakit lainnya lagi yang sering tiba-tiba menjangkiti setiap orang yang mendapatkan kekuasaan antara lain; cenderung menjadi rakus terhadap apa saja, senyum semakin berkurang kecuali jika ada maunya, jauh bertambah kesewenang-wenangannya, sangat mudah melupakan kebaikan orang lain karena mungkin menganggap apa yang dilakukan oleh orang kepada dirinya merupakan kewajiban orang tersebut yang harus melayaninya. Bahkan kebaikan orang lain yang dulu dia dapatkan pun dengan mudahnya dilupakan.

Satu lagi yang hampir terlupakan, bahwa orang yang mendapatkan kekuasaan biasanya sangat mudah tersinggung, utamanya jika ada orang yang menyinggung-nyinggung kekuasaannya. Sedikit saja orang mempermasalahkan kekuasaannya, maka ia akan sangat marah dan berupaya mempersulit orang-orang yang dianggap akan mengganggu kekuasaannya.

Itulah sebagian kecil dari penyakit-penyakit yang sering menjangkiti orang-orang yang memegang kekuasaan, terlebih yang baru pertama kali merasakannya. Sungguh nikmat memang kekuasaan itu. Makin tinggi kekuasaan yang diperoleh semakin tinggi pula kenikmatan yang akan didapatkan. Siapa pun, saya yakin, akan bermimpi untuk mendapatkan kekuasaan. Dan kebanyakan dari mereka yang mendapatkan kekuasaan itu akan terus berupaya mempertahankannya dengan sekuat tenaga, bahkan dengan berbagai cara.

Contoh kecil, ketika kekuasaan di negeri ini terancam, maka sang penguasa berupaya untuk membangun kekuatan dan jaringan untuk menggagalkan upaya tersebut. Ketika presiden, gubernur atau bupati/walikota, camat, bahkan sampai RT dikritik atau bahkan di demo, maka ia akan berusaha dengan segala cara untuk mencari jalan agar para pengkritik mengakhiri kritik atau demonya. Bahkan mereka pun hampir lupa menggunakan cara-cara yang baik. Sepertinya hampir sama pula dengan para pemegang kekuasaan lainnya yang bercokol di kantor-kantor pemerintah, swasta, legislatif, yudikatif atau pun lembanga-lembaga lainnya.

Lantas apa sesungguhnya yang membuat mereka melakukan hal seperti itu? Semua itu tentunya disebabkan oleh tidak adanya kesadaran bahwa kekuasaan yang diperolehnya merupakan titipan yang sifanya hanya sementara. Mereka menganggap bahwa kekuasaan itu telah menjadi miliknya secara mutlak dan tak dapat diganggu-gugat oleh siapapun.

Pemengang kekuasaan biasanya menganggap kekuasaan yang diperolehnya telah menjadi hak miliknya. Dengan demikian, kekuasaan tersebut tidak boleh diganggu-gugat oleh siapa pun. Padahal mereka tidak sadar, bahwa mereka tidak pernah membuat atau menciptakan kekuasaan itu. Mereka malah tidak tahu dari mana asal muasal kekuasaan itu. Lantas kenapa mereka menganggap kekuasaan itu sebagai hak milik?

Kekuasaan memang menjadi candu bagi orang-orang yang tidak sadar akan kefanaan yang ada di dunia ini. Sehingga ia dengan mudahnya melakukan penyelewengan terhadap kekuasaan yang dipegangnya. Mereka tidak sadar jika apa yang didapatkannya bukanlah sesuatu yang kekal.

Padahal jika dilaksanakan dengan baik, maka kekuasaan akan menjadi berkah. Bukankah kekuasaan itu merupakan kewajiban untuk mengabdi, paling tidak terhadap diri kita sendiri. Kekuasaan adalah salah satu alat bagi setiap orang untuk terus mengembangkan diri dan berbuat yang terbaik, serta saling memanusiakan, terutama memanusiakan diri sendiri.

Setiap manusia pada dasarnya dapat menggunakan kekuasaan untuk mengembangkan diri, meningkatkan kualitas diri dan yang paling terpenting adalah bagaimana kekuasaan itu dapat bermanfaat bagi orang lain. Sebab kekuasaan yang dilaksanakan dengan sewenang-wenang, akan membuat kita semakin jauh dari kebaikan yang sesungguhnya.

Sesungguhnya, apapun alasannya dan apapun yang kita dapatkan dari kekuasaan, suatu saat kekuasaan itu akan hilang dari diri kita. Dan kita akan menyaksikan kekuasaan itu berpindah dari tangan orang ke tangan orang yang lain. Bahkan kita tak sanggup untuk menghalangi sedikitpun ketika kekuasaan yang dulu kita pegang akan berpindah kepada  orang yang kita paling benci sekali pun.

Itulah kekuasaan. Apapun yang kita lakukan terhadap kekuasaan itu, suatu saat kekuasaan itu akan tetap pergi dari diri kita. Dan apabila kekuasaan itu tidak juga pergi dari diri kita, maka diri kitalah yang akan meninggalkan kekuasaan; mati. Bukankah memang kekuasaan dan diri kita adalah fana?