Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Para Khalifah, Menguak Jejak Khalifah yang Mendunia

Sejarah Para Khalifah, Menguat Jejak Khalifah yang Mendunia, Khulafaur Rasydin Khulafaur Rasydin artinya Khulafaur Rasydin yang pertama Khulafaur Rasydin yang pertama adalah Khulafaur Rasydin yang ditunjuk secara langsung khalifah sebelumnya adalah Khulafaur Rasydin siapa saja Khulafaur Rasydin yang pernah menjadi menantu nabi muhammad Khulafaur Rasydin pdf Khulafaur Rasydin (11-40 H/632-661 M) Daulah Umayyah di Damaskus (40-133 H/661-750 M Daulah Abbastyah di Baghdad (133-656h/750-1258 M) Daulah Abbasiyah di Mesir (660-918 H/1262-1517 M) Daulah Utsmaniyah di Istanbul (918-L342 H/1517-1924 M) Daulah Umayyah di Cordoba (138-422 H/756-1031 M)

Sejarah Para Khalifah, Menguat Jejak Khalifah yang Mendunia merupakan catatan penting dan menjadi salah satu cara untuk menghidupkan kembali semangat kebangkitan umat Islam dengan mengingatkan mereka dengan sejarah keemasannya. Jika kita kehilangan sejarah, maka ibarat orang kehilangan ayah.

Dalam catatan penulis buku Sejarah Para Khalifah, disebutkan bahwa Kaum Muslimin pernah mengalami kejayaan. Di antara masa kejayaan itu terjadi ketika mereka berada di bawah payung khilafah, berselimut syariat dan menghirup udara segar ajaran Islam. Meski terdapat beragam 'catatan' pada masa kemilau umat Islam ini, tetapi tak bisa dipungkiri sinar kejayaan itu pemah bercahaya.

Setelah Rasulullah SAW wafat, pemerintahan Islam dikendalikan Khulafaur Rasyidin. Merekalah generasi terbaik yang melanjutkan tongkat estafet dakwah hingga kita bisa mengecap nikmatnya hingga kini. Khalifah Abu Bakar Ashshiddiq, Umar bin Al-Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib telah menancapkan pondasi kejayaan umat Islam yang sebelumnya dipancangkan Rasulullah SAW.

Purna kepememimpinan Khulafaur Rasyidin, bahtera dakwah dinakhodai oleh Bani Umayyah. Tak seperti pada era Abu Bakar Ash-shiddiq hingga Ali bin Abi Thalib, estafet kepemimpinan di masa Dinasti Umayyah berlangsung secara turun temurun. sebanyak 14 khalifah berurutan mengendalikan tampuk kekuasaan. Sejarah berlangsung secara alami. Ada di antara mereka yang berhasil mengembangkan kekuasaan dengan semerbak nama yang hingga kini masih mewangi. Tetapi ada juga yang mencemari kemuliaan kaum Muslimin dengan perilaku yang sama sekali tak dibenarkan Islam.

Pada masa inilah kekuasaan Isram mengalami perluasan sampai ke Persia dan sebagian daerah Bizantium. Panglima Thariq bin Ziyad berhasil mendaratkan pasukannya di dataran Spanyol, Eropa. pada masa ini juga lahir para tokoh yang namanya kini masih abadi. sebut misalnya, sibawaih yang menulis kitab yang menjadi pegangan dalam masalah tata bahasa Arab.

Di bidang seni lahir para sastrawan seperti Umar bin Abi Rabi'ah, Qais bin Mulawwah yang terkenar dengan Lairah-Majnunah-nya. Di bidang pembangunan fisik pun tidak luput dari perhatian para khalifahnya. Masjid-masjid di luar semenanjung Arab dibangun. Masjid Nabawi di Madinah direnovasi hingga hasilnya masih bisa kita nikmati sampai hari ini.

Khilafah yang memusatkan kekuasaannya di Damaskus, syiria ini, berdiri selama kurun cukup lama: sekitar 90 tahun (40 - 133 H/ 66L - Tso M). Diawali dengan khalifah pertamanya Muawiyyah bin Abu sufyan, sahabat sekaligus salah seorang pencatat wahyu Rasulullah ffi. Era pemerintahan Dinasti Umayyah ini diakhiri oleh Marwan bin Muhammad.  

Setelah itu, khilafah Bani Ummayah punya perpanjangan silsilah. Satu dari keturunannya berhasir menyeramatkan diri raru menyeberang ke semenanjung lberia dan masuk ke spanyol. Di sana, Abdurahman Ad-Dakhil menancapkan tonggak khilafah tersendiri yang terlepas dari khilafah besar Bani Abbasiyah di Baghdad. Dialah yang menjadi cikal bakal berdirinya Daulat Umayyah di cordoba yang puing keperkasaannya masih tersisa hingga kini.

Dari tangan Bani umayyah di Damaskus, kekhirafahan berarih ke pangkuan Bani Abbasiyah yang berpusat di Baghdad. Khalifah pertama dari Dinasti yang berkuasa selama setengah abad ini adalah AbulAbbas As-safah. Dalam rentang wakfu itu, umat Islam kembali membentangkan sayap kejayaannya.

Pada masa pemerintahan Bani Abbas inirah peradaban Islam mencapai puncaknya. Berbagai bidang ilmu tumbuh subur. Ilmu kedokteran, astronomi, optik, aljabar dan lainnya, berkembang pesat. Setiap kali menyebut Baghdad, kalangan Barat tak bisa melupakan sebuah buku yang berjudul rhousand and one Night atau Alfu Lailah wa Lailah (1001 Malam). Sebuah kisah yang dinisbatkan pada Khalifah Harun Ar-Rasyid.

Sebagaimana diungkapkan Philip K Hitti dalam karyanya History of The Arab, peradaban umat Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Harun Ar Rasyid, jauh melampaui peradaban Nasrani pimpinan charlemagne. Dikisahkan, suatu ketika Harun Ar-Rasyid mengirimkan hadiah berupah jam kepada Charlemagne. Alat penunjuk waktu yang setiap kalinya berdenting itu, membuat heran Charlemagne. Ia mengira dalam jam itu ada jinnya!

Di tengah rapuhnya kekuasaan Islam di Baghdad akibat intrik politik dan pertarungan politik para penguasanya, pasukan Tartar pimplnan Hulagu Khan, menyerbu Baghdad dan melakukan pembantaianlTragedi 656 itu (terjadi pada 656 H), tak hanya membuat hancur Kota Baghdad dan Khalifah Al-Musta'shim sekeluarga, tetapi juga memunahkan Dinasti Abbasiyah di Baghdad' Kota Seribu Satu Malam itu hancur menyisakan puing peradaban. Khilafah Abbasiyah yang gagah perkasa, takluk.

Namun sejarah masih menyisakan bibitnya. Kalau Abdurahman Ad-Dakhil berhasilmeloloskan difi ke Spanyoldan mendirikan dinasti di tempat itu, maka seorang keturunan Bani Abbas berhasil menyelamatkan diri dari keganasan pasukan Tartar. Al-Mustanshir Billah II meluputkan diri ke Mesir dan berhasil mendirikan dinasti di Negeri Fir'aun itu.

Meskipun wewenangnya tidak besar, tetapi para penguasa setempat merasa mendapatkan kehormatan jika direstui oleh Khalifah yang berada di Mesir itu. Bahkan, Sultan Bayazid I dari Daulat Utsmaniyah merasa perlu meminta restu dari Khalifah di Mesir.

Pada 1517 M, Sultan Salim I dari Turki Utsmani berhasil mengalahkan Kekhalifahan Mamluk dan menjadikan Mesir bagian dari kekuasannya' AlMutawakkil yang merupakan khalifah terakhir dari 18 khalifah Abbasiyah di Mesir, dibawa ke Istanbul dan terjadilah timbang terima resmi jabatan khilafah. sejak saat itu, para penguasa Turki Utsmani dipanggil juga dengan khalifah yang sebelumnya mereka menamakan diri sebagai sultan.

Dengan demikian, berakhirlah era kekuasaan Daulat Abbasiyah di Mesir. Tongkat kekhalifahan beralih ke tangan penguasa Turki Utsmani' Sebagian sejarawan, menganggap para penguasa di Istanbul ini bukan khalifah tetapi kesultanan. Namun tak bisa dihindari, yang berkuasa penuh kala itu adalah kesultanan Turki Utsmani.

Para penguasa kaum Muslimin di beberapa wilayah, menyatakan tunduk kepadanya. Karenanya, tidak salah kalau pemerintahan Turki utsmani adalah kekhalifah Islam yang diakui kaum Muslimin secara keseluruhan' Hal ini berlangsung hingga 3 Maret 7924 ketlka Presiden Pertama Turki Sekular Mushtafa Kemal Pasha Ataturk, menghapus sistem khilafah dari muka bumi dan menggantinya dengan sistem sekular hingga kini.

Ada begitu banyak analisa para pemikir dan pengamat tentang sebab jatuhnya khilafah Turki Utsmani pada 1924, baik yang bersifat lebih teknis maupun sebab-sebab yang bersifat lebih umum. Secara teknis kita serahkan kepada para ahli sejarah, terutama sejarah rurki sendiri. sedangkan secara umum, bisa dipengaruhi dua sisi.

Dalam buku Sejarah Para Khalifah ini memuat bagian pokok dari masa setiap kekhalifaan yang dimulai dari masa Khulafaur Rasydin (11-40 H/632-661 M), Daulah Umayyah di Damaskus (40-133 H/661-750 M, Daulah Abbastyah di Baghdad (133-656h/750-1258 M), Daulah Abbasiyah di Mesir (660-918 H/1262-1517 M), Daulah Utsmaniyah di Istanbul (918-L342 H/1517-1924 M), Daulah Umayyah di Cordoba (138-422 H/756-1031 M).

Setiap masa ini berisi beberapa riwayat hidup dan berbagai peristiwa yang terjadi di setiap masa khalifah yang pernah berkuasa. (red)